GeoWeek (Waspada, 26 Juli 2009)
Taman
Nasional Yellowstone sudah lama dikenal keindahan dan keajaiban geologisnya.
Hampir keseluruhan taman itu berada di kaldera kuno yang terjadi karena letusan
sebuah gunung berapi raksasa (super
volcano) lebih dari 600 juta tahun lalu.
Bukan
Rahasia lagi bahwa geyser-geyser (air mancur panas), mata air panas dan kolam
lumpur panas di taman itu mendapatkan enerjinya dari aktivitas geologi di bawah
permukaan. Namun, rangkaian aktivitas gemba bumi belakangan ini memunculkan
kekhawatiran bahwa Yellowstone mungkin telah siap meletus lagi, melemparkan
puncaknya.
Bila
peristiwa seperti itu terjadi, letusannya akan menjadi bencana besar, kira-kira
2.000 kali lebih kuat dibanding letusan gunung St Helens di Negara bagian
Washington pada tahun 1980.
Tiga
letusan zaman dulu dari gunung berapi raksasa Yellowstone menyemburkan muntahan
ke hampir semua pelosok wilayah yang kini menjadi Amerika Serikat. Letusannya
masuk yang terbesar dalam sejarah bumi ini. Letusan-letusan itu terjadi 2 juta,
1,2 juta dan 600 ribu tahun lalu, menyebabkan banyak orang berspekulasi bahwa
bencana serupa akan terulang.
Pada
Desember 2008 serangkaian gempa bumi melanda daerah Yellowstone. Dalam
minggu-minggu berikutnya lebih dari 500 getaran seismik terekam, memunculkan
kekhawatiran bahwa letusan besar segera menyusul.
Namun,
kebanyakan ahli geologi percaya, aktivitas seismik yang terjadi di Yeloowstone
merupakan bagian dari natural cycle dan tidak menunjukkan akan terjadinya
letusan besar dalam waktu dekat. Begitu pun, mereka semua percaya kalau pada
suatu hari nanti Yellowstone akan meletus lagi.
Copyright © 2009 The New York Times Syndicate