GeoWeek (Kompas, 7 Maret 2010)
Penyelidikan
kejahatan di tempat kejadian perkara (TKP) telah dipopulerkan novel-novel
ataupin film-film drama televisi. Teknologi identifikasi DNA, yang terus
mengalami perbaikan selama dua dekade terakhir, kerap memainkan peran kunci
dalam kasus-kasus di kehidupan nyata seperti juga cerita fiksi.
Serangga
kadang-kadang membantu detektif untuk memecahkan teka-teki kejahatan di TKP,
antara lain dengan memberikan petunjuk tentang kematian. Kini, untuk pertama
kalinya, lintah juga masuk dalam jajaran binatang yang dinilai penting ikut
memecahkan kasus kejahatan.
Tahun
2008, National Geographic melaporkan, polisi di Australia membekuk tersangka
pelaku perampokan bersenjata yang terjadi pada tahun 2001 berkat bantuan
lintah.
Lintah
tersebut diambil dari TKP di Tasmania, tempat terjadinya perampokan oleh dua
pria di kediaman seorang perempuan berusia 71 tahun. Detektif yang memeriksa
TKP mengambil sampel darah dari seekor lintah, yang mingkin saja mengandung
darah salah seorang tersangka. Mengingat rumah perempuan tersebut berada di
areal hutan, tidak mustahil lintah tersebut memiliki bukti berharga.
Pada
tahun 2008, salah seorang tersangka perampokan ditahan untuk tuduhan yang
berbeda. Polisi mencatat DNA pria tersebut dan para penyelidik mencocokkannya
dengan sampel darah yang pada tahun 2001 diambil dari lintah itu. Nyatanya, DNA
itu cocok. Pria itu pun mengaku bersalah.
Copyright © 2010 The New York Times Syndicate