GeoWeek (Waspada, 28 Pebruari 2010)
Christopher
Columbus tiba di Dunia Baru delapan tahun lebih dulu dibanding Amerigo
Vespucci. Namun ketika memberikan nama untuk tanah yang baru mereka temukan – keduanya
percaya mereka menemukan ujung timur Asia – Vespucci memenangkan hak
menamainya.
Peta
pertama yang mencantumkan nama Dunia Baru “Amerika” adalah peta raksasa buatan
tahun 1507 oleh dua ilmuwan Jerman, Martin Waldseemuller dan Matthias Ringmann.
Peta revolusioner ini tidak Cuma menciptakan nama Amerika, tetapi juga yang
pertama memperlihatkan Dunia Baru sebagai benua terpisah.
Peta
Waldseemuller juga yang pertama menggambarkan globe menggunakan garis bujur 360
derajat, dan yang pertama memperlihatkan bentangan air yang luas yang
belakangan dinamai Samudera Pasifik. Peta itu bahkan memacu Copernicus untuk
memikirkan kembali konsepnya tentang alam semesta. Itulah peta modern pertama
yang merinci hal-hal utama bumi seperti yang kita ketahui sekarang.
Walau
peta tersebut dibuat lebih dari seribu lembar, pada 1570 Waldseemuller dan
petanya yang merupakan terobosan besar itu dilupakan. Sepertinya hanya ada
selembar peta yang berhasil dilestarikan, koleksi seorang ahli matematik Jerman
yang meninggal dunia pada tahun 1545.
Nasib
peta itu sendiri tetap menjadi misteri selama 350 tahun berikutnya. Pada 1901
peta itu ditemukan di perpustakaan di Istana Wolfegg di Jerman utara oleh
seorang guru geografi yang segera saja menyadari nilai sejarahnya.
Seabad
kemudian peta itu dibeli dari keluarga Wolfegg oleh Perpustakaan Konggres
Amerika Serikat dengan harga mahal, AS$ 10 juta (kira-kira Rp 930 miliar), yang
merupakan harga termahal di antara benda-benda koleksi perpustakaan itu. Peta
tersebut, yang oleh perpustakaan dijuluki sebagai “sertifikat kelahiran Amerika”
dipajang di eksibisi Lewis & Clark Perpustakaan Konggres AS.
Copyright © 2010 The New York Times Syndicate